Minggu, 07 Juni 2015

Resensi Buku "PRINSIP DAN KEBIJAKSANAAN DAKWAH ISLAM-Prof. DR. Hamka"

A.   BIOGRAFI.
HAMKA (1908-1981), adalah akronim kepada nama sebenarnya Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Beliau adalah seorang ulama, aktivis politik dan penulis Indonesia yang amat terkenal di alam Nusantara. Beliau lahir pada 17 Februari 1908 di kampung Molek, Maninjau, Sumatra Barat, Indonesia. Ayahnya ialah Syeikh Abdul Karim bin Amrullah atau dikenali sebagai Haji Rasul, seorang pelopor gerakan Ishlah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.
Hamka mendapatkan pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga Darjah Dua. Ketika usia Hamka mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatra Thawalib di Padang Panjang. Disitu Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan Ulamq terkenal.
Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padang Panjang pada tahun 1929. Hamka kemudian dilantik sebagai dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang (1957-1958). Setelah itu beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam , Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika Sukarno menyuruhnya memilih menjadi Pegawai Negri atau bergiat dalam politik Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).
Hamka adalah seorang otodidak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah. Melalui bahasa Arabnya juga, beliau meneliti Karya Sarjana Perancis, Inggris dan Jerman. Hamka juga rajin membaca dan bertukar pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorangahli pidato yang handal.
Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui pertumbuhan Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah mulai tahun 1955 untuk melawan khurafat, bid’ah, tarekat dalam kebathilan sesat di Padang Panjang. Pada tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan Pendakwah Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul Muhammadiyah di Makassar, kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Beliau menyusun kembali pembangunan dalam kongres Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.
Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua umum Majlis Ulama Indonesia, tetapi beliau kemudian meletakkan jabatannya pada tahun 1981 karena nasehatnya tidak dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.
Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925 apabila beliau menjadi anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang kemaraan kembali penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerilya di dalam hutan di Medan.
Pada tahun 1947, Hamka dilantik sebagai ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota Konstituante Mayumi dan menjadi pemidati utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960.
Dari tahun 1964 hingga tahun 1966, Hamka telah dipenjarakan oleh presiden Sukarno karena diyuduh pro Malaysia. Semasa dipenjarakanlah Hamka mulai menulis tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya. Setelah keluar dari penjara, Hamka dilantik sebagai ahli Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota majlis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga kebudayaan Nasional, Indonesia.
Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, Hamka merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an Hamka menjadi wartawan beberapa buah akhbar. Pada tahun 1928, beliau menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makassar.
Hamka juga menghasilkan Karya Ilmiah Islam dan Karya kreatif seperi nivel dan cerpen. Hamka pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat Nasional dan antar Bangsa. Dan Hamka telah pulang ke rahmatullah pada 24 Juli 1981, namun jasa dan pengaruhnya masih terasa sehingga kini dalam memartabatkan agama Islam. Beliau bukan sahaja diterima sebagai seorang tokoh ulama dan Sastrawan di Negara kelahirannya, malah jasanya di seluruh alam Nusantara, termasuk Malaysia dan Singapura.

B.   PROFIL BUKU.
Judul Buku                  : PRINSIP DAN KEBIJAKSANAAN DAKWAH ISLAM
Pengarang                   : Prof. Dr. HAMKA
Jumlah                         : 1 Jilid
                                    Panjang           : 20 cm
                                    Lebar               : 14 cm
                                    Tebal               : 1,5 cm
                                    Terdiri dari 237 halaman dan 2 topik
Penerbit                       : Umminda : Jakarta, 1982



C.   DAFTAR ISI.
Topik
Halaman
Terdiri dari
Prinsip-prinsip Dakwah
Jan-88
17 Pembahasan :


1. Berdakwah dan Bertabligh.
10. Tujuan Dakwah.


2. Islam Tidak Dimajukan Dengan Pedang.
11. Cara Dakwah Rasulullah.


3. Pergaulan Dengan Tetangga.
12. Hikmat.


4. Keadilan.
13. Berita Gembira dan Ancaman.


5. Dakwah Kewajiban Setiap Muslim.
14. Tenaga Khusus Untuk Berdakwah.


6. Amar Ma'ruf Nahi Munkar.
15. Hijrah Suatu Keharusan.


7. Dakwah Menbawa Orang Kepada Kebenaran.
16. Bahan Dakwah dan Pembentukan Jama'ah.


8. Doktrin Zwemmer.
17. Mengambil Contoh Teladan pada Nabi Saw.


9. Agama Islam Rahmat Bagi Seluruh Alam.

Sejarah dan Metode Dakwah
89-230
26 Pembahasan :


1. Salah Satu Corak Dakwah.
14. Kafir Dzimmi.


2. Dakwah Adalah Wajib.
15. Dakwah Secara Pribadi.


3. Sejarah Dakwah Di Indonesia.
16. Pengaruh Saudagar.


4. Hijrah Ke Habsyi (Ethiopia).
17. SyiarIslam Bukan Dengan Kekerasan.


5. Pedoman Dalam Berdakwah.
18. Sampaikan Walau Satu Ayat.


6. Nama Baik Seorang Da'i.
19. Pertikaian Dalam Masalah Politik.


7. Dakwah Islam Di Zaman Sahabat Rasulullah.
20. Faham Mu'tazilah.


8. Mendakwahkan al-Qur'an.
21. Zaidiyah.


9. Sejarah Rasulullah dan Hadistnya.
22. Tasauf.


10. Hubungan Jihad Dengan Dakwah.
23. Membentuk Jama'ah Islam.


11. Al-Mawali.
24. Organisasi Dakwah.


12. Akhlaq Sebagai Alat Dakwah.
25. Kepribadian Seorang Da'i.


13. Keadilan Adalah Tiang Teguh Negara.
26. Apa yang Akan Didakwahkan?

D.   OPINI.
* $pkšr'¯»tƒ ãAqß§9$# õ÷Ïk=t/ !$tB tAÌRé& šøs9Î) `ÏB y7Îi/¢ ( bÎ)ur óO©9 ö@yèøÿs? $yJsù |Møó¯=t/ ¼çmtGs9$yÍ 4 ª!$#ur šßJÅÁ÷ètƒ z`ÏB Ĩ$¨Z9$# 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw Ïöku tPöqs)ø9$# tûï͍Ïÿ»s3ø9$# ÇÏÐÈ
Dari uraian ayat tersebut kita dapat memahami bahwa Allah telah memerintahkan pada seluruh umatNya yang lebih dikhususkan dalam ayat tersebut adalah Rasulullah untuk menyampaikan apa-apa yang telah diturunkanNya kepada kita umatNya. Yaitu dengan jalan mendakwahkan agama Allah kepada seluruh umat manusia serta menyadarkan mereka akan arti sebenarnya dari hidup ini dan mengajak kepada kebaikan, yakni amar ma’ruf dan nahi munkar.
Setelah membaca dan memilah-milah bagian-bagian dari buku ini, saya pribadi menemukan keistimewaan-keistimewaan atau kelebihan dari buku ini yang saya anggap sebagai sesuatu yang penting untuk diketahui oleh kita semua para umat Islam yang berkewajiban untuk berdakwah. Segala sesuatu pasti ada kelebihan dan kekurangannya dan inilah yang saya temukan dalam buku ini, yakni tidak hanya kelebihan namun juga beserta keterangan-keterangan yang menurut sudut pandang saya adalah kurang.
Diantara kelebihan yang saya temukan adalah keterangan-keterangan dalam buku ini sangatlah membantu bagi mereka yang merasa belum berbekal keluasan ilmu agama namun berharap untuk bisa berdakwah kepada orang lain tentang apa yang ia telah ketahui tentang agama walau ia bukan seorang santri ataupun kyai, karena berdakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang telah mengetahui tentang agama, bukan hanya Rasulullah. Yang kemudian sepeninggal Rasulullah maka hanguslah kegiatan berdakwah. Dengan mengetahui dan memahami sebuah hadist yang berbunyi :  "بَلِّغُوا عَنِّي وَلَو آيَةً"yang telah dijelaskan dalam buku ini, maka tiadalah keraguan bagi siapa yang merasa belum berilmu luas untuk mendakwahkan sedikit dari apa yang diketahuinya. Yang terpenting adalah tujuannya yang ingin menyadarkan manusia akan arti hidup yang sebenarnya dengan mengarahkan kepada kebaikan. Dan juga dengan memiliki pribadi yang ikhlas beramal karena Allah, memberikan nasehat secara jujur dan tidak melepaskan diri dari jama’ah, karena itu semua merupakan pokok dari dakwah. Tentang apa yang harus didakwahkan atau bahan dakwah, tidaklah perlu bergalau hati bagi para umat Islam karena yang bahan terbaik dalam dakwah adalah kebaikan, yakni mengajak pada amar ma’ruf dan nahi munkar. Dan sungguh dalam buku ini diterangkan tentang semua perihal dakwah, dari pengertian dakwah, manfaat, tujuan, bahan, pedoman juga kepribadian seorang da’i. Tidak tertinggal pula keterangan mengenai sejarah dari dakwah pada masa Rasulullah, Sahabat hingga dakwah di Indonesia. Tidak hanya itu bahkan cara berdakwah Rasulullah pun dijelaskan juga. Betapa uletnya sang pengarang karena beliau tidak hanya mengungkapkan data pustaka saja namun juga diselingi dengan fakta empiris yang beliau alami.
Sedangkan kekurangan yang saya temukan adalah bahwa keterangan-keterangan dalam buku ini hanyalah mengulas lebih lanjut dan mendetail perihal dakwah yang bersangkutan dengan Muhammadiyah, baik itu tentang dakwah dari Muhammadiyah atau tentang mendakwahi jama’ah Muhammadiyah. Yang mana ini akan menjadi sebuah kesulitan bagi para pembaca atau siapa saja yang ingin berdakwah untuk menggambarkan secara lebih luas serta mendetail mengenai dakwah yang dilakukan oleh jama’ah selain jama’ah Muhammadiyah.


By : Siti Maslahah, Semester 1 PBA, Stibafa



Tidak ada komentar:

Posting Komentar