Minggu, 07 Juni 2015

P R A G M A T I S M E dalam P A N D A N G A N I S L A M

MAKALAH
PRAGMATISME
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
PENGANTAR FILSAFAT

Dosen Pengampu
Bpk. DR. H.M. YUNUS ABU BAKAR, M.A


Oleh :
SITI MASLAHAH

SEKOLAH TINGGI ISLAM BANI FATTAH
STIBAFA
Tambak Beras – Jombang
Tahun Akademik 2010-2011







Kata Pengantar
بسم الله الرّحمن الرّحيم السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله ربّ العالمين الّذي يمسك السّماء أن تقع على الأرض إلاّ بإذنه، الصّلاة والسّلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيّدنا محمّد صلّى الله عليه وسلّم وعلي اله وأصحابه أجمعين، أماّ بعد.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang mana berkat keridhoanNya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Sholawat serta salam senantiasa kami haturkan kepada baginda kita nabi besar Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kita semua para umatnya kepada jalan yang lurus.
Tak lupa ribuan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu pada materi PENGANTAR FILSAFAT  ini serta teman-teman sekalian yang ikut mendukung dalam penyelesaian tugas makalah ini.
Mengingat akan apa yang tertulis dalam makalah ini,  penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, sehingga penulis sangat mengharap kritik serta saran dari pembaca sebagai penyempurna makalah ini dan pembangun bagi makalah-makalah selanjutnya.
Akhir kata syukur alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah ini, semoga memberi manfaat bagi kita semua, amiin...


Jombang, Januari 2011
Penulis









DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I
PENDAHULUAN 1
BAB II
PEMBAHASAN 2
A.    Terminologi Pragmatisme 2
B.     Ukuran Kebenaran 2
C.     Tokoh-tokoh Pragmatisme 2
1.      William James 2
2.      John Dewey 3
D.    Pragmatisme Dalam Pandangan Islam 4s

BAB III
PENUTUP 5
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang.
Di dunia Islam, terutama penggemar filsafat menganggap bahwa pragmatisme merupakan aliran yang bertentangan dengan agama Islam. Berbagai argumen dapat kita temukan mengenai hal itu, namun inti dari pertentangan itu pada dasarnya bersumber pada inti kebenaran yang digagas oleh pragmatisme.

B.       Rumusan Masalah.
Dari uraian latar belakang di atas, penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Jelaskan Pengertian Pragmatisme !
2.      Bagaimanakah Ukuran Kebenaran Menurut Pragmatisme ?
3.      Siapakah Tokoh-tokoh Pragmatisme ?
4.      Bagaimanakah Pandangan Islam Terhadap Aliran Filsafat Pragmatisme ?

























BAB II
PEMBAHASAN

A.      Terminilogi Pragmatisme.
Istilah Pragmatisme berasal dari kata Yunani “pragma” yang berarti perbuatan (action) atau tindakan (practice). Isme di sini sama artinya dengan isme-isme lainnya, yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan.[1] Atau bisa dikatakan bahwa pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.[2]

B.       Ukuran Kebenaran.
Hans Vaihinger (1852-1933), bagi dia “tahu” itu hanya mempunyai arti praktis. Penyesuaian dengan obyeknya tak mungkin dibuktikan, satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata, jika pengertian itu berguna untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja bahwa kebenaran ini tidaklah lain daripada ‘kekeliruan yang berguna’ saja.[3]
Kebenaran menurut James adalah sesuatu yang terjadi pada ide, yang sifatnya tidak pasti. Sebelum seseorang menemukan satu teori berfungsi, tidak diketahui kebenaran teori itu. Atas dasar itu, kebenaran itu bukan sesuatu yang statis atau tidak berubah, melainkan tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Kebenaran akan selalu berubah, sejalan dengan perkem¬bangan pengalaman, karena yang dikatakan benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.[4]
Secara umum, pragmatisme berpandangan bahwa substansi kebenaran adalah jika segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan.[5]

C.      Tokoh-tokoh Pragmatisme.
a)      William James (1842-1910 M).
James lahir di New York City 1842 M, dan merupakan putra dari Henry James, Sr, seorang yang terkenal, berkebudayan tinggi, dan pemikir yang kreatif. Ayahnya merupakan kepala rumah tangga yang menekankan kemajuan intelektual. Pendidikan formalnya mula-mula tidak teratur lalu ia mendapat tutor berkebangsaan Inggris, Perancis, Swiss, Jerman dan Amerika. Akhirnya ia memasuki Harvard Medical School pada tahun 1864 dan memperoleh M.D-nya pada tahun 1869. Akan tetapi, ia kurang tertarik pada praktek pengobatan, ia lebih menyenangi fungsi alat-alat tubuh. Oleh karena itu, ia kemudian mengajarkan anatomi dan fisiologi di Harvard. Tahun 1875 perhatiannya lebih tertarik pada psikologi dan fungsi pikiran manusia. Pada waktu itu, ia menggabungkan diri dengan Peirce, Chauncy Wright, Oliver Wendel Holmes, Jr, dan lain-lain tokoh dalam Metaphysical Club untuk berdiskusi dalam masalah-masalah filsafat dengan topik-topik metode ilmiah agama dan evolusi. Di sinilah ia mula-mula mendapat pengaruh Peirce dalam metode pragmatisme.
Pandangan filsafatnya, diantaranya menyatakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri lepas dari akal yang mengenal. Sebab, pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena di dalam praktek, apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.[6] Pengertian atau putusan itu benar, jika pada praktek dapat dipergunakan. Putusan yang tidak dapat dipergunakan itu keliru.[7]
Nilai konsep atau pertimbangan kita, bergantung pada akibatnya, pada kerjanya. Artinya bergantung pada keberhasilan perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar bila bermanfaat bagi pelakunya, memperkaya hidup dan kemungkinan-kemungkinannya.[8]

b)      John Dewey (1859-1952).
Sebagai pengikut filsafat pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada fardahnya. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara kritis.[9]
Bagi John Dewey tak adalah sesuatu yang tetap. Manusia itu bergerak dalam kesungguhan yang selalu berubah. Jika ia dalam pada itu menjumpai kesulitan, maka mulailah ia berpikir untuk mengatasi kesulitan itu. Maka dari itu berpikir tidaklah lain daripada alat untuk bertindak. Pengertian itu lahir dari pengalaman. Kebenarannya hanya dapat ditinjau dari berhasil tidaknya mempengaruhi kesungguhan.[10]
Secara umum pragmatisme berarti hanya idea (pemikiran, pendapat dan teori), yang dapat dipraktekkanlah yang benar dan berguna. Idea-idea yang hanya ada seperti idea pada Plato, pengertian umum pada Socrates, definisi pada Aristoteles, juga kebimbangan terhadap realitas obyek indera pada Descartes, semua itu nonsense bagi pragmatisme. Yang ada ialah apa yang real ada.[11]

D.    Pragmatisme Dalam Pandangan Islam.
Salah satu metode berfikir yang sangat berbahaya bagi kaum muslimin adalah cara  berpikir pragmatis yakni menjadikan fakta sebagai sumber hukum. Cara berpikir semacam ini tidak hanya mengakibatkan lenyapnya kesucian pemikiran Islam, namun lebih jauh dari itu, juga akan menghancurkan idealitas kaum muslimin bahkan menjerumuskan umat dalam kungkungan fakta yang rusak.
Menjadikan fakta sebagai hukum adalah bentuk kesyirikan baru yang bisa merusak keimanan dan akidah seseorang. Sebab yang menetapkan hukum hanyalah Allah SWT. Bukan fakta maupun akal manusia. Allah berfirman :
ÈbÎ) ãNõ3ßÛø9$# žwÎ) ¬! ( Èà)tƒ ¨,ysø9$# ( uqèdur çŽöyz tû,Î#ÅÁ»xÿø9$# ÇÎÐÈ
 "hukum itu hanyalah hak Allah. dia menerangkan yang Sebenarnya dan dia pemberi Keputusan yang paling baik".  (Al-An’am : 57)
Ayat diatas telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa pihak menetapkan hukum hanyalah Allah SWT. Tidak ada hak bagi manusia untuk menetapkan hukum. Sesungguhnya menjadikan fakta dan kemashlahatan sebagai sumber hukum merupakan pergeseran epistemologi yang sangat berbahaya bagi ajaran Islam. Atas dasar itu muslim wajib menolak model berfikir seperti ini.
Dunia adalah perhiasan yang selalu menggoda manusia untuk jauh dari tuhannya. Karena godaan itulah, setiap orang khawatir manusia akan menggunakan berbagai cara untuk kepentingan dunianya. Banyak argumen yang mempertentangkan antara Islam dan Pragmatisme, kebenaran menurut kaum pragmatis adalah terbukti bermanfaat dalam praktik, bukan teori. Jika sesuatu tidak memberikan keuntungan bagi manusia, ia layak ditinggalkan. Sekalipun hal itu bernilai ideologis dan idealis. Inilah sebenarnya mudlorot pragmatisme, ia dengan mudah menghianati kebenaran sejati dalam pandangan ideologi dan tataran idealis. Pragmatisme selalu mendorong manusia selalu menginginkan keuntungan yang seketika. Akibatnya ia akan melakukan tindakan apapun untuk mewujudkannya.
Sesuatu yang benar adalah yang berguna memang jelas pendapat pragmatisme, namun teori kebenaran itu bukan berarti kita harus segala cara untuk mencapai tujuan kita.[12]


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan.
*        Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Atau bisa dikatakan bahwa pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
*        Secara umum, pragmatisme berpandangan bahwa substansi kebenaran adalah jika segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan.
*        Tokoh Filsafat Pragmatisme adalah William James (1842-1910 M) dan John Dewey (1859-1952).
*        Islam telah menjelaskan dengan sangat jelas dalam Al-Qur’an bahwa pihak menetapkan hukum hanyalah Allah SWT. Tidak ada hak bagi manusia untuk menetapkan hukum. Sesungguhnya menjadikan fakta dan kemashlahatan sebagai sumber hukum merupakan pergeseran epistemologi yang sangat berbahaya bagi ajaran Islam. Atas dasar itu muslim wajib menolak model berfikir seperti ini.

B.       Kritik dan Saran.
Demikianlah makalah ini penulis buat, mengaca dari pengalaman dalam pembuatan makalah ini, penulis harap kelengkapan sarana kepustakaan baik pustaka cetak maupun digital seperti pdf atau ebook. Kurang lebihnya penulis memohon maaf sebesar-besarnya.
وَاللهُ أَعلَمُ باِلصَّواَبِ








DAFTAR PUSTAKA

-          Al-Qur’an Al Kareem.
-          Abdul Hakim, Atang-Ahmad Saebani,Beni.Filsafat Umum.. Bandung : Pustaka Setia.
-          Poedjawijatna. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. Jakarta : Rineka Cipta.
-          Syadali, Ahmad- Mudzakir. Filsafat Umum. Bandung : Pustaka Setia.
-          iirmakalahtarbiyah.blogspot.com.







[1] iirmakalahtarbiyah.blogspot.com
[2] Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum. (Pustaka Setia : Bandung). Hal 319. Lihat juga Drs. H. Ahmad Syadali, M.A. Drs. Mudzakir. Filsafat Umum. (Pustaka Setia : Bandung). Hal 123.
[3] Prof. I.R. Poedjawijatna. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. (Rineka Cipta : Jakarta). Hal 132.
[4] iirmakalahtarbiyah.blogspot.com
[5] Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum. (Pustaka Setia : Bandung). Hal 319.
[6] Ibid. Hal 319-320.
[7] Prof. I.R. Poedjawijatna. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. (Rineka Cipta : Jakarta). Hal 133.
[8] Drs. H. Ahmad Syadali, M.A. Drs. Mudzakir. Filsafat Umum. (Pustaka Setia : Bandung). Hal 124.
[9] Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum. (Pustaka Setia : Bandung). Hal 320.
[10] Prof. I.R. Poedjawijatna. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. (Rineka Cipta : Jakarta). Hal 133.
[11] Drs. H. Ahmad Syadali, M.A. Drs. Mudzakir. Filsafat Umum. (Pustaka Setia : Bandung). Hal 126.
[12] www. Facebook.com/topic,php.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar