Minggu, 07 Juni 2015

R E A L I S M E K R I T I S dan P R A G M A T I S M E

MAKALAH
FILSAFAT KONTEMPORER
(REALISME KRITIS DAN PRAGMATISME)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
PENGANTAR FILSAFAT
Dosen Pengampu
Bpk. DR. H.M. YUNUS ABU BAKAR, M.A

LOGO STI-BF 1

Oleh :
SITI MASLAHAH
NASYIROTUL HIKMAH

SEKOLAH TINGGI ISLAM BANI FATTAH
STIBAFA
Tambak Beras – Jombang
Kata Pengantar
بسم الله الرّحمن الرّحيم السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله ربّ العالمين الّذي يمسك السّماء أن تقع على الأرض إلاّ بإذنه، الصّلاة والسّلام على أشرف الأنبياء والمرسلين سيّدنا محمّد صلّى الله عليه وسلّم وعلي اله وأصحابه أجمعين، أماّ بعد.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang mana berkat keridhoanNya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Sholawat serta salam senantiasa kami haturkan kepada baginda kita nabi besar Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kita semua para umatnya kepada jalan yang lurus.
Tak lupa ribuan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu pada materi PENGANTAR FILSAFAT  ini serta teman-teman sekalian yang ikut mendukung dalam penyelesaian tugas makalah ini.
Mengingat akan apa yang tertulis dalam makalah ini, kami penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, sehingga kami sangat mengharap kritik serta saran dari pembaca sebagai penyempurna makalah ini dan pembangun bagi makalah-makalah selanjutnya.
Akhir kata syukur alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini, semoga memberi manfaat bagi kita semua, amiin...


Jombang, November 2010
Penulis




DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I
PENDAHULUAN 1
BAB II
PEMBAHASAN 2
A.    Masalah Lingkungan Hidup 2
1.      Ilmu Lingkungan 2
2.      Pencapaian Kemakmuran dan Perluasan Kemudahan 2
3.      Pengaruh Manusia Terhadap Lingkungan 3
4.      Lingkungan Hidup Yang Diharapkan Manusia 3
5.      Dampak Terhadap Peningkatan Kesehatan 4
6.      Dampak Terhadap Sumber Daya Manusia 7
B.     Upaya Manusia Mengatasi Masalahnya 8
BAB III
PENUTUP 11
DAFTAR PUSTAKA



 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang.
Dalam perkembangan fisafat kontemporer, terdapat filsafat realisme dan  filsafat pragmatis.
Dimana keduanya mempunyai metode, pengertian dan sejarah, yang berbeda beda.
Filsafat realisme. Aliran ini bertentangan dengan aliran idealisme, yang berkeyakinan bahwa jiwa manusia (spirit) manusia adalah unsure yang penting dalam hidup.  Dan hakikat akhir alam semesta  adalah  nonmaterial.
Makalah ini juga  kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliyah filsafat umum.

B.     Rumusan Masalah.
Dari latar belakang di atas kami mengambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Pengertian Realisme Kritis.
2.      Terminologi Pragmatisme.
3.      Ukuran Kebenaran Pragmatisme.
4.      Tokoh Filsafat Pragmatisme.





















BAB II
PEMBAHASAN

A.    REALISME KRISIS.
1.      Pengertian Realisme Kritis.
Realisme kritis adalah aliran filsafat yang berkiyakinan bahwa obyek indera kita adalah riil, atau sungguh sungguh nyata adanya, Benda benda ada, dan adanya benda benda itu terlepas  dari pengetahuan , atau persepsi persepsi pemikiran manusia. Alam semesta hakikatnya berdiri sendiri tanpa pemikiran manusia. [1]
Aliran ini bertentangan dengan aliran idealism, yang berkeyakinan bahwa jiwa manusia (sperit) manusia adalah unsure yang penting dalam hidup.  Dan hakikat akhir alam semesta  adalah  nonmaterial.

2.      Sejarah Realisme Kritis.
Realisme kritis merujuk kepada beberapa mdzhab pemikiran kritis diAmerika (Roy wood sellars, George Santayana, dan Artur Lovejoy) dan gerakan yang lebih luas termasuk Betrand russil, dan CD broad. Yesuit di kanada Bernard Lonergan mengembangkan suatu filsafat realis kritis komprehnsif dan pemahaman ini  Mendominasi realism kritis Universitas katolik di Amerika utara. Anggota kilompok realis kritis lainnya Durrant Drake dari vassar Jamse pratt bisset Williams, Artur K reages, dari yale dan KA cuat daricolumbia. Grup ini dibentuk pada tahun 1916 dan menerbitkan manivesto maereka, “ Essay in Critical realism”.[2]
Realisme kritis menolak adnya neorealis binda binda, yang secara lansung desampaikan kepada kesadaran, mepaka mengoreksi bahwa benda benda tidak ditampilkan , mereka diwakili, pengalaman obyek secara numeric  berbeda dari keberaran fisik “di luar sana”  yang menyebabkan suatu obyek mengalami kesadaran.

3.      Metode Realisme Kritis Untuk Memperoleh Pengetahuan.
Sebagai metode yang utama untuk mempiroleh pengetahuan, dalam kenyataanaya apakah yang kita temukan bila kita memakai metode realism kritis untuk memperoleh pengetahuan?  Yang terlibat dalam hal ini adalah masalah yang menyangkut hakekat sesuatu yang diketahui, lnl merupakan masalah yang peka, karena jawabannya sangat berhaja,, yakni, “bila saya mengetahui suatu pohon, maka saya mempunyai pengetahuan  mengenai pohon itu.”
Realisme kritis yang modern menolak paham salinan yang menyangkut penerapan dan pengetahuan atas dasar alasan alas an dasar,  pilihan pengganti yang masih tersisa? Kita menolak dijumbuhkannya sesuatu dari datanya, disini masih tinggal dua kemungkinan, yang pertama ialah, datanya merupakan bagian objeknya, tetapi tidak jumbuh dengan objeknya. Ini berarti datanya tidak bersifat kejiwaan, atau kemungkinan yang kedua adalah  sesungguhnya data itu tidak ada, melainkan yang ada adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh suatu subjk dan suatu objeknya.[3]

B.     PRAGMATISME.
1.      Terminologi Pragmatisme.
Istilah Pragmatisme berasal dari kata Yunani “pragma” yang berarti perbuatan (action) atau tindakan (practice). Isme di sini sama artinya dengan isme-isme lainnya, yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan.[4] Atau bisa dikatakan bahwa pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.[5]

2.      Ukuran Kebenaran.
Hans Vaihinger (1852-1933), bagi dia “tahu” itu hanya mempunyai arti praktis. Penyesuaian dengan obyeknya tak mungkin dibuktikan, satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata, jika pengertian itu berguna untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja bahwa kebenaran ini tidaklah lain daripada ‘kekeliruan yang berguna’ saja.[6]
Kebenaran menurut James adalah sesuatu yang terjadi pada ide, yang sifatnya tidak pasti. Sebelum seseorang menemukan satu teori berfungsi, tidak diketahui kebenaran teori itu. Atas dasar itu, kebenaran itu bukan sesuatu yang statis atau tidak berubah, melainkan tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Kebenaran akan selalu berubah, sejalan dengan perkem¬bangan pengalaman, karena yang dikatakan benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.[7]
Secara umum, pragmatisme berpandangan bahwa substansi kebenaran adalah jika segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan.[8]

3.      Tokoh Filsafat Pragmatisme.
a)      William James (1842-1910 M).
James lahir di New York City 1842 M, dan merupakan putra dari Henry James, Sr, seorang yang terkenal, berkebudayan tinggi, dan pemikir yang kreatif. Ayahnya merupakan kepala rumah tangga yang menekankan kemajuan intelektual. Pendidikan formalnya mula-mula tidak teratur lalu ia mendapat tutor berkebangsaan Inggris, Perancis, Swiss, Jerman dan Amerika. Akhirnya ia memasuki Harvard Medical School pada tahun 1864 dan memperoleh M.D-nya pada tahun 1869. Akan tetapi, ia kurang tertarik pada praktek pengobatan, ia lebih menyenangi fungsi alat-alat tubuh. Oleh karena itu, ia kemudian mengajarkan anatomi dan fisiologi di Harvard. Tahun 1875 perhatiannya lebih tertarik pada psikologi dan fungsi pikiran manusia. Pada waktu itu, ia menggabungkan diri dengan Peirce, Chauncy Wright, Oliver Wendel Holmes, Jr, dan lain-lain tokoh dalam Metaphysical Club untuk berdiskusi dalam masalah-masalah filsafat dengan topik-topik metode ilmiah agama dan evolusi. Di sinilah ia mula-mula mendapat pengaruh Peirce dalam metode pragmatisme.
Pandangan filsafatnya, diantaranya menyatakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri lepas dari akal yang mengenal. Sebab, pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena di dalam praktek, apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.[9] Pengertian atau putusan itu benar, jika pada praktek dapat dipergunakan. Putusan yang tidak dapat dipergunakan itu keliru.[10]
Nilai konsep atau pertimbangan kita, bergantung pada akibatnya, pada kerjanya. Artinya bergantung pada keberhasilan perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar bila bermanfaat bagi pelakunya, memperkaya hidup dan kemungkinan-kemungkinannya.[11]

b)      John Dewey (1859-1952).
Sebagai pengikut filsafat pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada fardahnya. Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara kritis.[12]
Bagi John Dewey tak adalah sesuatu yang tetap. Manusia itu bergerak dalam kesungguhan yang selalu berubah. Jika ia dalam pada itu menjumpai kesulitan, maka mulailah ia berpikir untuk mengatasi kesulitan itu. Maka dari itu berpikir tidaklah lain daripada alat untuk bertindak. Pengertian itu lahir dari pengalaman. Kebenarannya hanya dapat ditinjau dari berhasil tidaknya mempengaruhi kesungguhan.[13]
Secara umum pragmatisme berarti hanya idea (pemikiran, pendapat dan teori), yang dapat dipraktekkanlah yang benar dan berguna. Idea-idea yang hanya ada seperti idea pada Plato, pengertian umum pada Socrates, definisi pada Aristoteles, juga kebimbangan terhadap realitas obyek indera pada Descartes, semua itu nonsense bagi pragmatisme. Yang ada ialah apa yang real ada.[14]























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan.
ü  Realisme kritis adalah aliran filsafat yang berkiyakinan bahwa obyek indera kita adalah riil, atau sungguh sungguh nyata adanya, Benda benda ada, dan adanya benda benda itu terlepas  dari pengetahuan , atau persepsi persepsi pemikiran manusia. Alam semesta hakikatnya berdiri sendiri tanpa pemikiran manusia.
ü  Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Atau bisa dikatakan bahwa pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata.
ü  Secara umum, pragmatisme berpandangan bahwa substansi kebenaran adalah jika segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan.
ü  Tokoh Filsafat Pragmatisme adalah William James (1842-1910 M) dan John Dewey (1859-1952).

B.     Saran.
Demikianlah makalah ini penulis buat, mengaca dari pengalaman dalam pembuatan makalah ini, penulis harap kelengkapan sarana kepustakaan baik pustaka cetak maupun digital seperti pdf atau ebook. Kurang lebihnya penulis memohon maaf sebesar-besarnya.
وَاللهُ أَعلَمُ باِلصَّواَبِ














DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, Atang-Ahmad Saebani,Beni.Filsafat Umum.. Bandung : Pustaka Setia.
Poedjawijatna. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. Jakarta : Rineka Cipta.
Soemargono,Soejnono.Filsafat Umum, Yogya: Tiara Wacana. 2004.
 Syadali, Ahmad- Mudzakir. Filsafat Umum. Bandung : Pustaka Setia.
iirmakalahtarbiyah.blogspot.com




[1] http://wikipedia.net.
[2] Ibid.
[3] Soejnono, soemargono, filsafat umum, ( yogya:2004, tiara wacana) hal:152
[4] iirmakalahtarbiyah.blogspot.com
[5] Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum. (Pustaka Setia : Bandung). Hal 319. Lihat juga Drs. H. Ahmad Syadali, M.A. Drs. Mudzakir. Filsafat Umum. (Pustaka Setia : Bandung). Hal 123.
[6] Prof. I.R. Poedjawijatna. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. (Rineka Cipta : Jakarta). Hal 132.
[7] iirmakalahtarbiyah.blogspot.com
[8] Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum. (Pustaka Setia : Bandung). Hal 319.
[9] Ibid. Hal 319-320.
[10] Prof. I.R. Poedjawijatna. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. (Rineka Cipta : Jakarta). Hal 133.
[11] Drs. H. Ahmad Syadali, M.A. Drs. Mudzakir. Filsafat Umum. (Pustaka Setia : Bandung). Hal 124.
[12] Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum. (Pustaka Setia : Bandung). Hal 320.
[13] Prof. I.R. Poedjawijatna. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. (Rineka Cipta : Jakarta). Hal 133.
[14] Drs. H. Ahmad Syadali, M.A. Drs. Mudzakir. Filsafat Umum. (Pustaka Setia : Bandung). Hal 126.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar