MAKALAH
FILSAFAT KONTEMPORER
(REALISME KRITIS DAN PRAGMATISME)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
PENGANTAR FILSAFAT
Dosen Pengampu
Bpk. DR. H.M. YUNUS ABU BAKAR, M.A

Oleh :
SITI MASLAHAH
NASYIROTUL HIKMAH
SEKOLAH TINGGI ISLAM BANI FATTAH
STIBAFA
Tambak Beras – Jombang
Kata Pengantar
بسم الله
الرّحمن الرّحيم السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله ربّ العالمين
الّذي يمسك السّماء أن تقع على الأرض إلاّ بإذنه، الصّلاة والسّلام على أشرف
الأنبياء والمرسلين سيّدنا محمّد صلّى الله عليه وسلّم وعلي اله وأصحابه أجمعين،
أماّ بعد.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, yang mana berkat keridhoanNya
lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Sholawat serta salam senantiasa kami haturkan kepada baginda kita nabi
besar Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kita semua para umatnya kepada jalan
yang lurus.
Tak lupa ribuan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu pada
materi PENGANTAR FILSAFAT ini serta
teman-teman sekalian yang ikut mendukung dalam penyelesaian tugas makalah ini.
Mengingat akan apa yang tertulis dalam makalah ini, kami penulis
menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini,
sehingga kami sangat mengharap kritik serta saran dari pembaca sebagai
penyempurna makalah ini dan pembangun bagi makalah-makalah selanjutnya.
Akhir kata syukur alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini,
semoga memberi manfaat bagi kita semua, amiin...
Jombang, November 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
A.
Masalah
Lingkungan Hidup
2
1.
Ilmu Lingkungan
2
2.
Pencapaian Kemakmuran dan Perluasan Kemudahan
2
3.
Pengaruh Manusia Terhadap Lingkungan
3
4.
Lingkungan Hidup Yang Diharapkan Manusia
3
5.
Dampak Terhadap Peningkatan Kesehatan
4
6.
Dampak Terhadap Sumber Daya Manusia
7
B.
Upaya Manusia
Mengatasi Masalahnya
8
BAB III
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.
Dalam perkembangan fisafat kontemporer, terdapat filsafat realisme
dan filsafat pragmatis.
Dimana
keduanya mempunyai metode, pengertian dan sejarah, yang berbeda beda.
Filsafat
realisme. Aliran ini bertentangan dengan aliran idealisme, yang berkeyakinan
bahwa jiwa manusia (spirit) manusia adalah unsure yang penting dalam
hidup. Dan hakikat akhir alam
semesta adalah nonmaterial.
Makalah
ini juga kami buat untuk memenuhi tugas
mata kuliyah filsafat umum.
B.
Rumusan Masalah.
Dari latar belakang di atas kami mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1.
Pengertian Realisme Kritis.
2.
Terminologi Pragmatisme.
3.
Ukuran Kebenaran Pragmatisme.
4.
Tokoh Filsafat Pragmatisme.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
REALISME KRISIS.
1.
Pengertian Realisme Kritis.
Realisme kritis adalah aliran filsafat yang berkiyakinan bahwa
obyek indera kita adalah riil, atau sungguh sungguh nyata adanya, Benda benda
ada, dan adanya benda benda itu terlepas
dari pengetahuan , atau persepsi persepsi pemikiran manusia. Alam
semesta hakikatnya berdiri sendiri tanpa pemikiran manusia. [1]
Aliran ini bertentangan dengan aliran idealism, yang berkeyakinan
bahwa jiwa manusia (sperit) manusia adalah unsure yang penting dalam
hidup. Dan hakikat akhir alam
semesta adalah nonmaterial.
2.
Sejarah Realisme Kritis.
Realisme kritis merujuk kepada beberapa mdzhab pemikiran kritis
diAmerika (Roy wood sellars, George Santayana, dan Artur Lovejoy) dan gerakan
yang lebih luas termasuk Betrand russil, dan CD broad. Yesuit di kanada Bernard
Lonergan mengembangkan suatu filsafat realis kritis komprehnsif dan pemahaman
ini Mendominasi realism kritis
Universitas katolik di Amerika utara. Anggota kilompok realis kritis lainnya
Durrant Drake dari vassar Jamse pratt bisset Williams, Artur K reages, dari
yale dan KA cuat daricolumbia. Grup ini dibentuk pada tahun 1916 dan
menerbitkan manivesto maereka, “ Essay in Critical realism”.[2]
Realisme kritis menolak adnya neorealis binda binda, yang secara
lansung desampaikan kepada kesadaran, mepaka mengoreksi bahwa benda benda tidak
ditampilkan , mereka diwakili, pengalaman obyek secara numeric berbeda dari keberaran fisik “di luar
sana” yang menyebabkan suatu obyek
mengalami kesadaran.
3.
Metode Realisme Kritis Untuk Memperoleh Pengetahuan.
Sebagai metode yang utama untuk mempiroleh pengetahuan, dalam
kenyataanaya apakah yang kita temukan bila kita memakai metode realism kritis
untuk memperoleh pengetahuan? Yang
terlibat dalam hal ini adalah masalah yang menyangkut hakekat sesuatu yang
diketahui, lnl merupakan masalah yang peka, karena jawabannya sangat berhaja,,
yakni, “bila saya mengetahui suatu pohon, maka saya mempunyai pengetahuan mengenai pohon itu.”
Realisme kritis yang modern menolak paham salinan yang menyangkut
penerapan dan pengetahuan atas dasar alasan alas an dasar, pilihan pengganti yang masih tersisa? Kita
menolak dijumbuhkannya sesuatu dari datanya, disini masih tinggal dua
kemungkinan, yang pertama ialah, datanya merupakan bagian objeknya, tetapi
tidak jumbuh dengan objeknya. Ini berarti datanya tidak bersifat kejiwaan, atau
kemungkinan yang kedua adalah
sesungguhnya data itu tidak ada, melainkan yang ada adalah suatu
perbuatan yang dilakukan oleh suatu subjk dan suatu objeknya.[3]
B.
PRAGMATISME.
1.
Terminologi Pragmatisme.
Istilah Pragmatisme berasal dari kata Yunani “pragma” yang
berarti perbuatan (action) atau tindakan (practice). Isme di sini sama artinya
dengan isme-isme lainnya, yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan
demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang
menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan.[4]
Atau bisa dikatakan bahwa pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang
berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki
kegunaan bagi kehidupan nyata.[5]
2.
Ukuran Kebenaran.
Hans
Vaihinger (1852-1933), bagi dia “tahu” itu hanya mempunyai arti praktis.
Penyesuaian dengan obyeknya tak mungkin dibuktikan, satu-satunya ukuran bagi
berpikir ialah gunanya untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala
pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata, jika pengertian itu berguna untuk
menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja bahwa kebenaran
ini tidaklah lain daripada ‘kekeliruan yang berguna’ saja.[6]
Kebenaran
menurut James adalah sesuatu yang terjadi pada ide, yang sifatnya tidak pasti.
Sebelum seseorang menemukan satu teori berfungsi, tidak diketahui kebenaran
teori itu. Atas dasar itu, kebenaran itu bukan sesuatu yang statis atau tidak
berubah, melainkan tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Kebenaran akan
selalu berubah, sejalan dengan perkem¬bangan pengalaman, karena yang dikatakan
benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.[7]
Secara
umum, pragmatisme berpandangan bahwa substansi kebenaran adalah jika segala
sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan.[8]
3.
Tokoh Filsafat Pragmatisme.
a)
William James (1842-1910 M).
James
lahir di New York City 1842 M, dan merupakan putra dari Henry James, Sr,
seorang yang terkenal, berkebudayan tinggi, dan pemikir yang kreatif. Ayahnya
merupakan kepala rumah tangga yang menekankan kemajuan intelektual. Pendidikan
formalnya mula-mula tidak teratur lalu ia mendapat tutor berkebangsaan Inggris,
Perancis, Swiss, Jerman dan Amerika. Akhirnya ia memasuki Harvard Medical
School pada tahun 1864 dan memperoleh M.D-nya pada tahun 1869. Akan tetapi, ia
kurang tertarik pada praktek pengobatan, ia lebih menyenangi fungsi alat-alat
tubuh. Oleh karena itu, ia kemudian mengajarkan anatomi dan fisiologi di
Harvard. Tahun 1875 perhatiannya lebih tertarik pada psikologi dan fungsi
pikiran manusia. Pada waktu itu, ia menggabungkan diri dengan Peirce, Chauncy
Wright, Oliver Wendel Holmes, Jr, dan lain-lain tokoh dalam Metaphysical Club
untuk berdiskusi dalam masalah-masalah filsafat dengan topik-topik metode
ilmiah agama dan evolusi. Di sinilah ia mula-mula mendapat pengaruh Peirce
dalam metode pragmatisme.
Pandangan
filsafatnya, diantaranya menyatakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, berlaku
umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri lepas dari akal yang mengenal.
Sebab, pengalaman kita berjalan terus dan segala yang kita anggap benar dalam
perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena di dalam praktek, apa
yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.[9]
Pengertian atau putusan itu benar, jika pada praktek dapat dipergunakan.
Putusan yang tidak dapat dipergunakan itu keliru.[10]
Nilai
konsep atau pertimbangan kita, bergantung pada akibatnya, pada kerjanya.
Artinya bergantung pada keberhasilan perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan
itu. Pertimbangan itu benar bila bermanfaat bagi pelakunya, memperkaya hidup
dan kemungkinan-kemungkinannya.[11]
b)
John Dewey (1859-1952).
Sebagai
pengikut filsafat pragmatisme, John Dewey menyatakan bahwa tugas filsafat
adalah memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata. Filsafat tidak boleh larut
dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang kurang praktis, tidak ada fardahnya.
Oleh karena itu filsafat harus berpijak pada pengalaman dan mengolahnya secara
kritis.[12]
Bagi
John Dewey tak adalah sesuatu yang tetap. Manusia itu bergerak dalam kesungguhan
yang selalu berubah. Jika ia dalam pada itu menjumpai kesulitan, maka mulailah
ia berpikir untuk mengatasi kesulitan itu. Maka dari itu berpikir tidaklah lain
daripada alat untuk bertindak. Pengertian itu lahir dari pengalaman.
Kebenarannya hanya dapat ditinjau dari berhasil tidaknya mempengaruhi
kesungguhan.[13]
Secara
umum pragmatisme berarti hanya idea (pemikiran, pendapat dan teori), yang dapat
dipraktekkanlah yang benar dan berguna. Idea-idea yang hanya ada seperti idea
pada Plato, pengertian umum pada Socrates, definisi pada Aristoteles, juga
kebimbangan terhadap realitas obyek indera pada Descartes, semua itu nonsense
bagi pragmatisme. Yang ada ialah apa yang real ada.[14]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan.
ü
Realisme kritis adalah aliran filsafat yang berkiyakinan bahwa
obyek indera kita adalah riil, atau sungguh sungguh nyata adanya, Benda benda
ada, dan adanya benda benda itu terlepas
dari pengetahuan , atau persepsi persepsi pemikiran manusia. Alam
semesta hakikatnya berdiri sendiri tanpa pemikiran manusia.
ü
Pragmatisme itu
berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Atau bisa
dikatakan bahwa pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan
bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah apakah sesuatu itu memiliki kegunaan
bagi kehidupan nyata.
ü
Secara umum, pragmatisme berpandangan bahwa substansi kebenaran
adalah jika segala sesuatu memiliki fungsi dan manfaat bagi kehidupan.
ü
Tokoh Filsafat Pragmatisme adalah William James (1842-1910 M) dan
John Dewey (1859-1952).
B.
Saran.
Demikianlah
makalah ini penulis buat, mengaca dari pengalaman dalam pembuatan makalah ini,
penulis harap kelengkapan sarana kepustakaan baik pustaka cetak maupun digital
seperti pdf atau ebook. Kurang lebihnya penulis memohon maaf sebesar-besarnya.
وَاللهُ أَعلَمُ باِلصَّواَبِ
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim,
Atang-Ahmad Saebani,Beni.Filsafat Umum.. Bandung : Pustaka Setia.
Poedjawijatna. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. Jakarta :
Rineka Cipta.
Soemargono,Soejnono.Filsafat Umum, Yogya: Tiara Wacana.
2004.
Syadali, Ahmad- Mudzakir.
Filsafat Umum. Bandung : Pustaka Setia.
iirmakalahtarbiyah.blogspot.com
[1] http://wikipedia.net.
[3] Soejnono, soemargono,
filsafat umum, ( yogya:2004, tiara wacana) hal:152
[5] Drs.
Atang Abdul Hakim, M.A. Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum.
(Pustaka Setia : Bandung). Hal 319. Lihat juga Drs. H. Ahmad Syadali, M.A. Drs.
Mudzakir. Filsafat Umum. (Pustaka Setia : Bandung). Hal 123.
[6] Prof. I.R.
Poedjawijatna. Pembimbing ke Arah Alam Filsafat. (Rineka Cipta :
Jakarta). Hal 132.
[8] Drs.
Atang Abdul Hakim, M.A. Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum.
(Pustaka Setia : Bandung). Hal 319.
[9] Ibid. Hal 319-320.
[12] Drs.
Atang Abdul Hakim, M.A. Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. Filsafat Umum.
(Pustaka Setia : Bandung). Hal 320.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar