MAKALAH
JUAL BELI
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
FIQH
Dosen Pengampu :
Al-Ustadz DHIYA’UL HAQ, S.H.i

Oleh :
SITI MASLAHAH
MIFTAH NUR
KHOLIFAH
SEKOLAH TINGGI
ISLAM BANI FATTAH
STIBAFA
TAMBAKBERAS – JOMBANG
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم, السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد
لله ربّ العرش العظيم الّذى خلق الموت والحيوة ليبلوكم أيّكم أحسن عملا وهو العزيز
الغفور, الصّلاة والسّلام على حبيب الله الكريم أشرف الأنبياء والمرسلين سيّدنا
محمّد صلّى الله عليه وسلّم وعلى أصحابه أجمعين أماّ بعد.
Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat
Allah SWT, yang mana karenaNyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Shalawat serta salam senantiasa kami haturkan kepada nabi besar
kita, nabi akhir zaman Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua sebagai
umatnya kepada jalan kebenaran.
Ucapan terima kasih tak berujung kami sampaikan pada Al-Ustadz
Dhiya’ul Haq yang telah membimbing kami
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula pada teman-teman yang
telah mendukung kami dalam hal ini.
Mengingat akan apa yang telah tertulis dalam makalah ini, penulis
menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam pembuatan makalah ini sehingga
penulis berharap dari pembaca saran yang konstruktif untuk penyempurnaan
makalah ini dan sebagai pembangun untuk yang selanjutnya.
Akhir kata penulis mengucapkan syukur alhamdulillah dapat membuat
makalah ini dengan harapan semoga makalah ini membawa
manfaat bagi kita semua. Amiin….
Jombang, Oktober 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Pengertian Jual Beli.................................................................................... 2
B. Rukun Jual Beli........................................................................................... 3
a. Al-a’qid................................................................................................ 4
b. Al-ma’qud ’alaih................................................................................... 4
c. Ash-shighoh.......................................................................................... 6
C.
Jual
Beli Yang Terlarang............................................................................. 7
BAB III PENUTUP......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Dengan
berinteraksi, mereka dapat mengambil dan memberikan manfaat. Salah satu praktek
yang merupakan hasil interaksi sesama manusia adalah terjadinya jual beli
yang dengannya mereka mampu mendapatkan kebutuhan yang mereka inginkan. Islam
pun mengatur permasalahan ini dengan rinci dan seksama sehingga ketika
mengadakan transaksi jual beli manusia mampu
berinteraksi dalam koridor syariat dan terhindar dari tindakan-tindakan aniaya
terhadap sesama manusia, hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan ajaran yang
bersifat universal dan komprehensif.
B.
Rumusan Masalah.
a.
Apakah
pengertian jual beli?
b.
Ada
berapakah rukun jual beli?
c.
Apa
sajakah yang dilarang untuk diperjual belikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Jual Beli.
Jual beli dalam artian bahasa adalah menukarkan barang dengan
barang atau barang dengan uang. Sedang jual beli dalam artian syar’an adalah
menukarkan barang dengan barang atau barang dengan uang, dengan jalan
melepaskan hak milik dari seseorang terhadap orang lainnya atas dasar kerelaan
dari kedua belah pihak.
Allah SWT
berfirman :
أُولئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوا الضَّلاَلَةَ
باِلهُدَى فَماَ رَبِحَتْ تِجاَرَتُهُمْ وَماَ كاَنُوا مُهْتَدِينَ.
Artinya
: Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah
beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk(Al-Baqarah
: 16).
Jual beli juga merupakan suatu kegiatan tukar-menukar
barang dengan barang atau uang dengan barang tanpa bertujuan mencari
keuntungan. Hal ini, karena alasan orang menjual atau membeli barang adalah
untuk suatu keperluan, tanpa menghiraukan untung ruginya. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa setiap perdagangan dapat dikatakan jual beli, tetapi
tidak semua jual beli dapat dikatakan perdagangan.[1]
Karena perdagangan menurut ahli ekonomi ialah transaksi yang dilakukan oleh
orang yang menghasilkan barang (produsen) dengan si pemakai (konsumen). Oleh
sebab itu yang disebut dengan perdagangan ialah tukar-menukar uang dengan
barang, uang dengan uang, atau barang dengan barang, yang sifatnya
terus-menerus dengan tujuan mencari keuntungan.[2]
Islam telah mensyari’atkan jual beli dengan dalil yang
berasal dari al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas.
Dalil al-Qur’an :
Allah SWT. Berfirman :
¨@ymr&ur ª!$# yìø‹t7ø9$# tP§ymur (#4qt/Ìh9$# 4 ÇËÐÎÈ
“… padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba…” (QS. Al Baqarah: 275).
Dalil
Sunnah :
Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah ditanya, profesi apakah yang paling baik? Maka beliau
menjawab, bahwa profesi terbaik yang dikerjakan oleh manusia adalah segala
pekerjaan yang dilakukan dengan kedua tangannya dan transaksi jual beli yang dilakukannya tanpa melanggar
batasan-batasan syariat.
Rasulullah SAW. Bersabda :
الذَّهَبُ
بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ وَالشَّعِيرُ
بِالشَّعِيرِ وَالتَّمْرُ بِالتَّمْرِ وَالْمِلْحُ بِالْمِلْحِ مِثْلًا بِمِثْلٍ
سَوَاءً بِسَوَاءٍ يَدًا بِيَدٍ فَإِذَا اخْتَلَفَتْ هَذِهِ الْأَصْنَافُ
فَبِيعُوا كَيْفَ شِئْتُمْ إِذَا كَانَ يَدًا بِيَدٍ
“Emas ditukar dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum,
kurma dengan kurma, garam dengan garam, sama beratnya dan langsung
diserahterimakan. Apabila berlainan jenis, maka juallah
sesuka kalian namun harus langsung diserahterimakan/secara kontan” (HR.
Muslim: 2970).
Dalil
Ijma’ :
Kebutuhan manusia untuk
mengadakan transaksi jual beli sangat urgen, dengan transaksi jual
beli seseorang mampu untuk memiliki barang orang lain yang diinginkan
tanpa melanggar batasan syariat. Oleh karena itu, praktek jual beli yang
dilakukan manusia semenjak masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
hingga saat ini menunjukkan bahwa umat telah sepakat akan disyariatkannya jual beli.
Dalil Qiyas :
Kebutuhan manusia menuntut adanya jual beli, karena seseorang
sangat membutuhkan sesuatu yang dimiliki orang lain baik itu berupa barang atau
uang, dan hal itu dapat diperoleh setelah menyerahkan timbal balik berupa
kompensasi. Dengan demikian, terkandung hikmah dalam pensyariatan jual beli bagi
manusia, yaitu sebagai sarana demi tercapainya suatu keinginan yang diharapkan
oleh manusia.[3]
B.
Rukun Jual Beli.
Rukun jual beli
terdiri atas 3 macam:
1.
) العاقدAl-‘aqid(.
Orang yang berakad (pembeli dan penjual).
2.
) المعقود
عليهAl-ma’qud ‘alaih(.
(Uang dan barang)
3.
) الصيغةAs-syighoh(.
(Ijab Kabul)[4]
Setiap
rukun-rukun diatas memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu :
1.
Al-‘aqid.
Bagi orang yang bermaksud diperlukan beberapa syarat.
a.
مطلق
التصرّف
Baligh (berakal)agar tidak mudah ditipu orang. Tidak sah akad anak
kecil, orang gila, atau orang bodohsebab mereka bukan ahli tasarruf (pandai
mengendalikan harta). Oleh sebab itu, harta benda yang dimilikinya sekalipun
tidak boleh diserahkan kepanya.
Allah SWT berfirman :
وَلاَ
تُؤتُوا السُّفَهاَءَ اَمواَلَكُمُ الَّتىِ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ قِيماً.....
(النّساء : 5)
Artinya :
“Dan janganlah kamu berikan hartamu itu kepada orang yang bodoh
(belum sempurna akalnya) harta (mereka yang berada dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.”
(Q.S An-Nisa :5)
Harta tidak boleh diserahkan
kepada orang yang bodoh (belum sempurna akalnya). Hal ini berarti bahwa orang
yang bukan merupakan ahli tasarruf tibak boleh melakukan jual beli dan
melakukan akad (ijab kabul).
b.
عدم
الإكراه بغير حقّ
Tidak ada kebencian antara penjual dan pembeli.
c.
إسلام
من يشترى له مصحف
Beragama Islam. Syarat ini hanya tertentu untuk pembelian saja ,
bukan untuk penjual. Yaitu kalau yang dibeli adalah budak yang beragama islam.
Kalau budak Islam dijual kepada kafir, mereka akan merendahkan atau menghina
Islam dan kaum muslimin sebab mereka berhak berbuat apapun pada sesuatu yang
sudah dibelinya.Allah swt melarang keras orang-orang mukmin yang member jalan
bagi orang kafir untuk menghina mereka.
Firman Allah SWT :
...وَلَن يَجعَلَ اللهُ لِلكاَفِرِينَ سَبِيلاً. (النّساء : 141)
Artinya :
“Dan Allah sekali-kali tidak membeir jalan bagi orang kafir
untuk memusnahkan orang-orang beriman.” (Q.S An-Nisa : 141)
d.
عدم
قرابة من يشتري له عدّة حرب
Jika membeli alat perang, maka yang membeli itu bukanlah dari ahli
memerangi.
2.
Al-ma’qud
‘alaih.
Syarat barang yang diperjual belikan adalah :
a.
طاهر
Suci atau mungkin disucikan. Tidaklah sah menjual barang yang
najis, seperti anjing, babi dll.
Dalam sebuah hadist disebutkan :
عَن جاَبِرٍ رَضِيَ اللهُ أَنَّ رَسُول اللهِ
عَنهُ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قاَلَ : إِنَّ اللهَ وَرَسُولَهُ حَرَّمَ
بَيعَ الخَمرِ وَالمَيتَةِ وَالخِنزِيرِ وَالأَصناَمِ. (رواه البخارى والمسلم)
Artinya
:
“Dari Jabir r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah
dan Rasul telah mengharamkan jual beli arak, bangkai, babi dan berhala.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam
hadist lain diterangkan :
عَن جاَبِرٍ رَضِيَ اللهُ أَنَّ رَسُول اللهِ
عَنهُ قاَلَ : تَهىَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ عَن ثَمَنِ
الكَلبِ
وَلسِّنُّورِ. (رواه مسلم)
Artinya
:
“Dari Jabir r.a ia berkata, Rasulullah SAW mengharamkan menjual
anjing dan kucing.” (H.R Muslim)
b.
معلوم
Diketahui(dilihat). Barang yang diperjual belikan itu harus
diketahui banyak, berat, atau jenisnya. Tidaklah sah jual beli yang menimbulkan
jual beli keraguan salah satu pihak.
Dalam sebuah hadist disebutkan :
عَنْ أَبىِ هُرَيرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قاَلَ
: نَهىَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ عَن بَيعِ الحَصاَةِ
وَعَن بَيعِ الغَرَرِ.
(رواه مسلم)
Artinya :
“Dari Abu Hurairah r.a ia berkata, Rasulullah SAW telah melarang
jual beli secara melempar dengan batu (lempar-melempar) dan jual beli yang
mengandung tipuan.” (H.R. Muslim)
Melempar disini adalah melempar suatu barang tertentu atau melempar
barang yang telah disediakan disuatu tempat, kemudian tak ada satu barangpun
yang terkena lemparan, si pembeli tidak mendapat apa-apa padahal uangnya telah
diserahkan kepada penjual. Dengan demikian hal itu merugikan pembeli. Begitu
juga membeli tanah sejauh lemparan, membeli ikan yang ada dalam kolam, dan
sebagainyasebab tidak kelihatan jumlah dan jenisnya. Perbuatan ini tidak hanya
tergolong penipuan, tetapi juga termasuk judi.
c.
نافع
Memberi manfaat. Tidaklah sah memperjual belikan jangkrik, ular,
semut, atau binatang buas. Harimau, buaya dan ular boleh dijual kalau hendak
diambil kulitnya untuk disamak, dijadikan sepatu dll, namun tidak sah bila
digunakan untuk permainan karena menurut syara tidak ada manfaatnya. Begitu
juga alat-alat permainan yang digunakan untuk melakukan perbuatan yang haram
atau untuk meninggalkan kewajiban kepada Allah. Perbuatan itu digolongkan
mubadzir (sia-sia) dan dilarang keras oleh agama.
Firman Allah SWT :
إِنَّ المبذّرينَ كاَنُوا إِخواَنَ
الشَّياَطِينِ..... (الإسراء :27)
Artinya :
“sesungguhnya orang-orang yang suka berbuat mubadzir (sia-sia) itu
adalah saudara setan.” (Q.S Al-Isra’:
27)
d.
ولاية
Milik sendiri.Tidaklah sah menjual barang orang lain tanpa seizin
pemiliknya atau menjual barang yang hendak menjadi milik.
e.
القدرة
على تسليمه
Mampu untuk menyerahkannya, secara cepat atau lambat. Tidaklah sah
menjual binatang-binatang yang sudah lari dan tidak dapat ditangkap lagi, atau
barang-barang yang hilang, atau barang yang sulit dihasilkannya.
3.
Ash-shighoh
Syarat sah ijab kabul :
a.
أن لا
يتخلّل بينهما كلام أجنبيّ
Tidak diselingi oleh kata-kata lain.
b.
أن لا
يتخلّل بينهما سكوت طويل
Tidak dibatasi dengan diam. Yaitu si pembeli tidak boleh
diam saja setelah si penjual menyatakan ijab, atau sebaliknya.
c.
الإنتفاق
بين الإيجاب والقبول
Adanya kesepakatan antara ijab dan kabul.
d.
عدم
التأقيت
Tidak dibatasi oleh waktu.
e.
عدم
التعليق
Tidak dita’likkan. Umpamanya,”Jika bapakku telah mati, barang ini
akan kujual kepadamu”.[5]
C.
Jual Beli Yang Terlarang.
Macam-macam jual beli yang dilarang diantaranya :
1. Jual beli barang najis.
Contohnya : khamar dan babi.
Larangan menjual barang najis didasarkan atas
hadits Jabir yang diriwayatkan dalam kedua kitab shahih. Menurutnya Rasulullah SAW.
Pernah bersabda :
إِنَّ اللهَ وَرَسُولَهُ حَرَّماَ بَيعَ الخَمرِ
وَالمَيتَةِ وَالخِنزِيرِ وَالأَصناَمِ. فَقِيلَ ياَرَسُولَ اللهِ أَرَأَيتَ
شُحُومَ المَيتَةِ فَإِنَّهُ يُطلىَ بِهاَ السُّفُنُ وَيُستَصبَحُ بِهاَ ؟ فَقاَلَ
: لَعَنَ اللهُ اليَهُودَ حُرِّمَتِ الشُّحُومُ عَلَيهِم فَباَعُوهاَ وَأَكَلُوا
أَثماَنَهاَ (أخرجه البخاري والمسلم).
“Sesungguhnya Allah dan
RasulNya melarang menjual khamar, bangkai, babi dan patung-patung. Ditanyakan,
wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu tentang lemak-lemak bangkai,
sesungguhnya ia digunakan untuk mengecat kapal-kapal dan dijadikan lampu?
Beliau menjawab, Allah mengutuk orang-orang yahudi. Mereka dilarang memakan
lemak, tetapi mereka meenjualnya dan menikmati hasilnya”.(H.R. Bukhari dan
Muslim).[6]
2. Jual beli yang mengandung gharar.
Yakni jual beli yang diharamkan karena
mengandung penipuan.[7]jual
beli yang termasuk dalam kategori jual beli gharar diantaranya :
a. Muhaqalah.
Yaitu menjual biji-biji yang masih diurainya.
b. Muzabanah.
Yaitu menjual sesuatu yang tidak diketahui
beratnya atau sukatannya dengan sesuatu yang maklum timbangannya atau
sukatannya.
c. Mukhadlarah.
Yaitu menjual biji-biji makanan yang masih
hijau yang belum tentu akan bisa dimakan.
d. Mulamasah.
Yaitu jual beli secara sentuhan, seperti
seorang berkata : saya jual kain saya ini dengan kain tua, padahal kedua-duanya
tidak lihat kain-kain itu, tetapi dengan raba atau rasa.
e. Munabadzah.
Yaitu jual beli secara sentuhan. Seperti
seorang berkata : dimana lemparan batu saya jatuh itulah barang yang jadi saya
beli.[8]
Hadits yang menunnjukkan larangan jual beli gharar :
عَن أَبِي هُرَيرَةَ قاَلَ : نَهَي رَسُولُ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيهِ
وَسَلَّمَ عَن بَيعِ الحَصاَةِ وَعَن بَيعِ الغَرَرِ (رواه مسلم )
Dari Abi Hurairah. Ia berkata : Rasulullah
SAW. Melarang jual beli dengan lemparan batu dan melarang jual beli gharar
(Diriwayatkan oleh Muslim ).[9]
3. Jual beli bersyarat.
Pertama, menurut pengarang kitab An-Nihayah umpamanya, berkata seseorang, “Aku jual
barang ini kepadamu seharga Rp.1.000,00 kalau engkau meminjamkan kepadaku
barang-barangmu seharga seribu pula.” Kedua,
umpamanya seseorang berkata, “Aku jual kain ini kepadamu seharga Rp 1.000,00
kalau tunai dan seharga Rp 2.000,00 kalau kredit.”
Hal ini dilarang oleh agama karena harga sebenarnya dari kedua
macam barang tidak itu tidak dijelaskan.
Dalam hadist Rasulullah SAW disebutkan :
عَنْ عَمْرُو ابْنِ شُعَيبٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ
جَدِّهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ قاَلَ : قاَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ
وَسَلَّمَ : لاَ يَحِلُّ سَلَفٌ وَبَيعٌ وَلاَ شَرْطاِ نِ فىِ بَيعٍ وَلاَ رَبْحٌ
ماَلَمْ يُضْمَنْ وَلاَ بَيعٌ ماَلَيسَ عِندَكَ. (رواه ابو داود والترمذى)
Artinya :
“ Dari Amru bin
Syuaib dari bapaknya, dari kakeknya r.a ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
tidak halal pinjaman yang menguntungkan serta menjual, tidak halal dua syarat
dalam penjualan, tidak halal mencari keuntungan dalam barang yang tidak dapat
dijamin, dan tidak halal pula menjual barang yang tidak ada disisimu.” (H.R Abu Daud dan Tirmidzi).[10]
BAB III
A.
Kesimpulan.
Jual beli adalah menukarkan barang dengan barang atau barang dengan
uang, dengan jalan melepaskan hak milik dari seseorang terhadap orang lainnya
atas dasar kerelaan dari kedua belah pihak. Rukun jual beli terdiri atas 3 macam, yaitu : العاقد, المعقود عليه, الصيغة.
Dalam hal jual beli juga ada jual beli yang terlarang, yaitu seperti jual beli barang najis, jual beli yang
mengandung gharar, dan jual beli yang bersyarat.
B.
Saran.
Jual beli memanglah suatu kegiatan yang sangat penting dalam
keseharian kita, tapi janganlah kita pernah lupa akan jalannya kegiatan ini
yang sebenarnya, yang sah serta tidak dilarang oleh agama.
DAFTAR PUSTAKA
Ÿ Drs.H,Ibnu Mas’ud, Drs.H.Zainal Abidin.S. Fiqih Madzab Syafi’i, Buku 2
(Mu’amalat, Munakahat, Jinayat. Bandung : CV. Pustaka Setia.
Ÿ
As Musthofa Adz-Dzahaby Asy-Syafi’i. Fathul
Wahab. Surabaya : Nur Huda.
Ÿ
Ibnu Hajr al-Asqalani. Bulughul Maram.
Beirut : Darul Kutub al-Islamiyah. Diterjemahkan oleh A. Hasan. Bangil : CV.
Pustaka Tamaam .
Ÿ Ibnu Rusyd. Bidayatul Mujtahid. Beirut
: Darul Fikri. Terjemahan. Jakarta :
Pustaka Amani.
[1] Drs. H. Ibnu mas’ud dan Drs. H. Zainal abidin. S. Fiqih
Madzab Syafi’i : Mu’amalat, Munakahat, Jinayat.(Bandung: CV Pustaka Setia).
Hal.22
[2] Ibid. Hal.21
[6] Ibnu Rusyd.Bidayatul Mujtahid.(Darul Fikri : Beirut).
Terjemahan (Pustaka Amani : Jakarta).
Hal. 700.
[8] Ibnu Hajr al-Asqalani. Bulughul Maram.
(Darul Kutub al-Islamiyah : Beirut ). Diterjemahkan oleh A. Hasan. (CV.Pustaka
Tamaam : Bangil ). Hal. 412-413.
[10] Drs. H. Ibnu mas’ud dan Drs. H. Zainal abidin. S. Fiqih
Madzab Syafi’i : Mu’amalat, Munakahat, Jinayat.(Bandung: CV Pustaka Setia).
Hal.36.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar